Monday, May 3, 2010

Chick Corea, Master Jazz Seri #1

Armando Anthony Corea (nama asli Chick Corea) yang lahir tanggal 12 Juni 1941 di Chelsea ini adalah “pioneer” jazz atau lebih enaknya dikatakan “master” jazz, yang albumnya bisa memenuhi rak-rak para pecinta jazz, dan referensi penting bagi musisi jazz untuk bereksplorasi. Dengan teknik-teknik, rhythmical feel, serta akurasi yang canggih-nya, beliau “mengotak-atik”atau “memain-mainkan” telinga saya yang belum begitu terlatih Tapi, enak saja saya menikmati style-nya yang free terstruktur rapi, dan inipun pendapat saya yang bila dibandingkan dengan pecinta jazz mungkin dideskripsikan dengan lebih “terperinci”.

Nama legendaris ini memang sudah berkibar sekitar 3 Dekade, namun “influence” musisi jazz dalam memainkan “fusion” atau “latin” ini sangat berarti. Dengan gaya bermain-nya yang “ritmikal” penuh sinkopitas dan komposisi yang “elegan” mengantarkan “telinga imajinasi” kita wara-wiri hanyut dalam dunia musikalitasnya yang sulit ditandingi. Selain terlanjur terkenal dengan gaya fusion-nya, beliau ini amat ahli dalam area post-bop, latin, free jazz, avant-garde, dan klasikal yang tertata rapi. Tidak hanya mengandalkan para pemain “pendukung”-nya yang sangat “technical”, komposisi-komposisi-nya cukup “mengerikan” bila ditampilkan.

Partner-partner-nya yang skillfull seperti Dave Weckl, John Pattituci, Eric Marienthal, Scott Henderson dan terakhir Frank Gambale adalah contoh nyata “gemblengan”-nya yang amat dikenal. Mungkin menurut saya keyboardist pianist yang jago nge-drum ini memang rajin “lihat-lihat bakat” seperti Miles Davis. Karena memang pada saat kecil beliau ini suka main-main piano dan drum, otomatis kebawa “sifat”-nya itu sampai sekarang. Peng-audisian-nya pada drummer tertuju pada Dave Weckl, seolah-seolah beliau mampu “membaca” bahwa “inilah partner yang bisa menemani saya” bermain-main dalam konteks “ritmis” yang lebih luas.

****

LAGU FAVORIT….

Tentu bagi musisi jazz, lagunya yang tersohor macam “Spain’ adalah wajib bagi pemula sampai advanced. Lagu ini, entah kenapa ketika saya mendengarkan penuh perhatian ke “struktur”-nya, menyiratkan “kedalaman” dalam berkomposisi jazz. Orisinalitasnya benar-benar terasa ketika mendengarkan versi “Chick Corea Akoustik Band”-nya dengan struktur “reharmonisasi” yang habis-habisan di-revisi menjadi lebih “enerjik”. Namun, ketika saya mendengar versi Al Jerrau, “roh” beliau masih tetap saja terasa walaupun dari segi “harmonik” mengandung “simplifikasi” agar lebih mudah dimainkan secara vokal. Unisono yang di-utilisasikan antar instrument membawa semacam energisitas yang membentuk karakter lagu ini kuat.

Asiknya mendengar sekaligus merasakan komposisi-komposisinya yang lain seperti “La Fiesta”, disajikan dengan style latin yang kental. Soprano Saxophone yang unison dengan Electric Piano, kombinasi yang cukup “nakal”. Apalagi pada bagian perkusi “ramai”-nya layaknya karnaval. Dalam komposisi ini, teknik Chick dalam memainkan “independensi” antara right hand dan left hand dipertontonkan. Ini gara-gara “hobi”-nya main drum juga kayaknya…he he… !

Komposisi lembut Crystal Silence yang “lembut”, “rubato”, “lounge”, dapat digunakan sebagai musik pengiring “refleksi” dan malahan praktisi “accelerated learning” merekomendasikannya untuk musik pengiring waktu belajar. Enak bener saat mendengar saat santai atau malam hari….Waktu belajar, saya kadang mendengarkan komposisi ini agar lebih fokus. Faktanya belajar sambil mendengar musik itu dianjurkan, beneran…

Pernah dengar komposisi Chick Corea Elektrik Band yang judulnya “Tale of Darling” yang dibuat dalam empat chapter ? Kalau gak salah di album Inside Out. Komentar saya untuk komposisi ini, “Bener-bener gila band-nya, mainnya free plus progressive plus dinamis plus indah plus elegan !”…Mungkin disini kita bisa mendengarkan “kejeniusan”-nya yang di-mix dengan band andalannya itu.
Berani sekali ber-eksplorasi dalam ritem yang “tarik-menarik” dan sinkop yang “tak terduga”. Ditampilkan dalam empat chapter menambah karakter progressive. Sialannnn…Interplay antara Chick dan Dave Weckl di chapter ketiga “edan”, Chick’s bermain dengan gaya “free jazz”-nya yang terpadu dengan pukulan drum Weckl secara “akurat” di intro-nya….Eric Mariental-lah yang menjaga “melodi tinggi” di lagu ini, gila juga main seperti sedang bermain gitar saja padahal yang dipegangnya adalah seperangkat alat tiup (saxophone). Di lini lain, Frank Gambale dan John Patittuci juga tak kalah menarik. Teknik disajikan dengan “mood” yang cocok, saya mesti belajar cara-cara gini nih…

****

ASPEK HARMONIK, MELODIK, DAN RITMIK

Karena beliau dulu-nya dididik secara klasik, secara tidak sadar dalam permainan-nya mengandung unsur klasik juga, seperti lagu-nya “Children Song”. Aspek harmoni beliau-pun dapat dianggap mengandung unsur-unsur klasik-nya Debussy dan Revel. Chord-chord yang dimainkan biasa diperindah dengan kualitas “#11”, “altered”, serta “suspended”. Melodi-nya mudah diingat, “lyrical”, dan pastinya melodi-melodi seperti itu sangat “pas” bila dijadikan “standard”. Ritmik-nya yang senang berkubang di area latin sudah menjadi “trademarknya” sebelum menelurkan album-album jazz fusion. Bisa disimak di lagu-lagu macam “La Fiesta”, “Spain”, “My Spanish Heart”, “Samba Song”, atau “Senor Mouse” yang unsur latin-nya kental sekali.

Kombinasi aspek harmonik, melodik, dan ritmik yang di-“blending” dengan technique yang masterful sudah membuat kita terpesona dan inilah hebatnya seorang “master jazz”. Akan amat hebat lagi kalau ternyata para “punggawa”-nya juga sama jagonya dengan kemampuan harmoni, melodi, dan ritmik-nya. Tentu saja, dengan latar belakang seperti ini beliau tidak main-main dalam memilih siapa “pendamping”-nya.

****

Beliau pernah menulis, “Discipline your body, disicipline your instrument”. Barangkali disinilah letak filosofis dari permainan beliau, penguasaan alat musik tergantung pada bagaimana kita men-disiplinkan tubuh kita terlebih dahulu. Kalimat tadi adalah “puisi”-nya mengenai musik, bisa dibayangkan betapa bijaknya seorang maestro seperti dia ini pandai ber-“sastra”.

Beliau memainkan tuts piano atau keyboard bagaikan memukuli perkusi saja. Touch-nya yang dinamis nan keras adalah ciri khas yang sulit diabaikan. Secara tersirat Chick Corea memberikan banyak “pelajaran” filosofis dan komposisional, yang bila dianalisis tentunya sangat menarik.

Kita bisa mempelajari unsur-unsur atau malah senyawa permainan beliau tidak hanya sebagai pianist/keyboardist, siapa saja musisi yang memang “interest” dengan style-nya bisa dengan mudah mempelajari repertoir-repertoir miliknya. Disini saya berperan sebagai “gitaris” saja, dan tulisan inipun hanya sebatas “gaya pandang” saya yang belum berpengalaman dalam “lahan musik jazz” dan “improvisasi”, maka dari itu lebih baik kita belajar bersama saja….he he he…

Improvisasi bagi musik jazz adalah pendefinisi yang utama, dan Chick Corea meskipun jago dalam mengkomposisi nada-nada unisono merupakan improvisator yang “jenius”. Untaian nada yang “kontinuitas”-nya terasa dapat diraih olehnya dalam tiap solo improvisasi. Kalau dibandingkan dengan jazzer lain, beliau termasuk pemain improvisasi yang selalu spontan dalam performance. Gaya panggungnya lumayan ekspresif dan selalu memberi “ruang” bagi pemain lain untuk menunjukkan keahliannya.

Nah, karena beliau lahir lebih dahulu daripada kita, akan jauh lebih baik bila kita “meniru” dahulu apa yang sudah diciptakannya. Kenapa ? Supaya kita tidak perlu susah-payah lagi “mencari-cari”. Seperti yang dikatakan oleh trumpetist Clark Terry, “Imitate, Assimilate, Innovate !!!”

Salam Improvisasi ! ! !

Arief Luthfi Hidayatullah
Penikmat Jazz