Sunday, September 1, 2013

Sekedar

Ini cuma sekedar sapaan..Untuk apa bertanya apa isinya ?

Ini cuma sekedar gurauan..Untuk apa bertanya apa maknanya ?

Ini cuma sekedar intropeksi..Untuk apa bertanya apa dan apa ? ?

Monday, May 3, 2010

Chick Corea, Master Jazz Seri #1

Armando Anthony Corea (nama asli Chick Corea) yang lahir tanggal 12 Juni 1941 di Chelsea ini adalah “pioneer” jazz atau lebih enaknya dikatakan “master” jazz, yang albumnya bisa memenuhi rak-rak para pecinta jazz, dan referensi penting bagi musisi jazz untuk bereksplorasi. Dengan teknik-teknik, rhythmical feel, serta akurasi yang canggih-nya, beliau “mengotak-atik”atau “memain-mainkan” telinga saya yang belum begitu terlatih Tapi, enak saja saya menikmati style-nya yang free terstruktur rapi, dan inipun pendapat saya yang bila dibandingkan dengan pecinta jazz mungkin dideskripsikan dengan lebih “terperinci”.

Nama legendaris ini memang sudah berkibar sekitar 3 Dekade, namun “influence” musisi jazz dalam memainkan “fusion” atau “latin” ini sangat berarti. Dengan gaya bermain-nya yang “ritmikal” penuh sinkopitas dan komposisi yang “elegan” mengantarkan “telinga imajinasi” kita wara-wiri hanyut dalam dunia musikalitasnya yang sulit ditandingi. Selain terlanjur terkenal dengan gaya fusion-nya, beliau ini amat ahli dalam area post-bop, latin, free jazz, avant-garde, dan klasikal yang tertata rapi. Tidak hanya mengandalkan para pemain “pendukung”-nya yang sangat “technical”, komposisi-komposisi-nya cukup “mengerikan” bila ditampilkan.

Partner-partner-nya yang skillfull seperti Dave Weckl, John Pattituci, Eric Marienthal, Scott Henderson dan terakhir Frank Gambale adalah contoh nyata “gemblengan”-nya yang amat dikenal. Mungkin menurut saya keyboardist pianist yang jago nge-drum ini memang rajin “lihat-lihat bakat” seperti Miles Davis. Karena memang pada saat kecil beliau ini suka main-main piano dan drum, otomatis kebawa “sifat”-nya itu sampai sekarang. Peng-audisian-nya pada drummer tertuju pada Dave Weckl, seolah-seolah beliau mampu “membaca” bahwa “inilah partner yang bisa menemani saya” bermain-main dalam konteks “ritmis” yang lebih luas.

****

LAGU FAVORIT….

Tentu bagi musisi jazz, lagunya yang tersohor macam “Spain’ adalah wajib bagi pemula sampai advanced. Lagu ini, entah kenapa ketika saya mendengarkan penuh perhatian ke “struktur”-nya, menyiratkan “kedalaman” dalam berkomposisi jazz. Orisinalitasnya benar-benar terasa ketika mendengarkan versi “Chick Corea Akoustik Band”-nya dengan struktur “reharmonisasi” yang habis-habisan di-revisi menjadi lebih “enerjik”. Namun, ketika saya mendengar versi Al Jerrau, “roh” beliau masih tetap saja terasa walaupun dari segi “harmonik” mengandung “simplifikasi” agar lebih mudah dimainkan secara vokal. Unisono yang di-utilisasikan antar instrument membawa semacam energisitas yang membentuk karakter lagu ini kuat.

Asiknya mendengar sekaligus merasakan komposisi-komposisinya yang lain seperti “La Fiesta”, disajikan dengan style latin yang kental. Soprano Saxophone yang unison dengan Electric Piano, kombinasi yang cukup “nakal”. Apalagi pada bagian perkusi “ramai”-nya layaknya karnaval. Dalam komposisi ini, teknik Chick dalam memainkan “independensi” antara right hand dan left hand dipertontonkan. Ini gara-gara “hobi”-nya main drum juga kayaknya…he he… !

Komposisi lembut Crystal Silence yang “lembut”, “rubato”, “lounge”, dapat digunakan sebagai musik pengiring “refleksi” dan malahan praktisi “accelerated learning” merekomendasikannya untuk musik pengiring waktu belajar. Enak bener saat mendengar saat santai atau malam hari….Waktu belajar, saya kadang mendengarkan komposisi ini agar lebih fokus. Faktanya belajar sambil mendengar musik itu dianjurkan, beneran…

Pernah dengar komposisi Chick Corea Elektrik Band yang judulnya “Tale of Darling” yang dibuat dalam empat chapter ? Kalau gak salah di album Inside Out. Komentar saya untuk komposisi ini, “Bener-bener gila band-nya, mainnya free plus progressive plus dinamis plus indah plus elegan !”…Mungkin disini kita bisa mendengarkan “kejeniusan”-nya yang di-mix dengan band andalannya itu.
Berani sekali ber-eksplorasi dalam ritem yang “tarik-menarik” dan sinkop yang “tak terduga”. Ditampilkan dalam empat chapter menambah karakter progressive. Sialannnn…Interplay antara Chick dan Dave Weckl di chapter ketiga “edan”, Chick’s bermain dengan gaya “free jazz”-nya yang terpadu dengan pukulan drum Weckl secara “akurat” di intro-nya….Eric Mariental-lah yang menjaga “melodi tinggi” di lagu ini, gila juga main seperti sedang bermain gitar saja padahal yang dipegangnya adalah seperangkat alat tiup (saxophone). Di lini lain, Frank Gambale dan John Patittuci juga tak kalah menarik. Teknik disajikan dengan “mood” yang cocok, saya mesti belajar cara-cara gini nih…

****

ASPEK HARMONIK, MELODIK, DAN RITMIK

Karena beliau dulu-nya dididik secara klasik, secara tidak sadar dalam permainan-nya mengandung unsur klasik juga, seperti lagu-nya “Children Song”. Aspek harmoni beliau-pun dapat dianggap mengandung unsur-unsur klasik-nya Debussy dan Revel. Chord-chord yang dimainkan biasa diperindah dengan kualitas “#11”, “altered”, serta “suspended”. Melodi-nya mudah diingat, “lyrical”, dan pastinya melodi-melodi seperti itu sangat “pas” bila dijadikan “standard”. Ritmik-nya yang senang berkubang di area latin sudah menjadi “trademarknya” sebelum menelurkan album-album jazz fusion. Bisa disimak di lagu-lagu macam “La Fiesta”, “Spain”, “My Spanish Heart”, “Samba Song”, atau “Senor Mouse” yang unsur latin-nya kental sekali.

Kombinasi aspek harmonik, melodik, dan ritmik yang di-“blending” dengan technique yang masterful sudah membuat kita terpesona dan inilah hebatnya seorang “master jazz”. Akan amat hebat lagi kalau ternyata para “punggawa”-nya juga sama jagonya dengan kemampuan harmoni, melodi, dan ritmik-nya. Tentu saja, dengan latar belakang seperti ini beliau tidak main-main dalam memilih siapa “pendamping”-nya.

****

Beliau pernah menulis, “Discipline your body, disicipline your instrument”. Barangkali disinilah letak filosofis dari permainan beliau, penguasaan alat musik tergantung pada bagaimana kita men-disiplinkan tubuh kita terlebih dahulu. Kalimat tadi adalah “puisi”-nya mengenai musik, bisa dibayangkan betapa bijaknya seorang maestro seperti dia ini pandai ber-“sastra”.

Beliau memainkan tuts piano atau keyboard bagaikan memukuli perkusi saja. Touch-nya yang dinamis nan keras adalah ciri khas yang sulit diabaikan. Secara tersirat Chick Corea memberikan banyak “pelajaran” filosofis dan komposisional, yang bila dianalisis tentunya sangat menarik.

Kita bisa mempelajari unsur-unsur atau malah senyawa permainan beliau tidak hanya sebagai pianist/keyboardist, siapa saja musisi yang memang “interest” dengan style-nya bisa dengan mudah mempelajari repertoir-repertoir miliknya. Disini saya berperan sebagai “gitaris” saja, dan tulisan inipun hanya sebatas “gaya pandang” saya yang belum berpengalaman dalam “lahan musik jazz” dan “improvisasi”, maka dari itu lebih baik kita belajar bersama saja….he he he…

Improvisasi bagi musik jazz adalah pendefinisi yang utama, dan Chick Corea meskipun jago dalam mengkomposisi nada-nada unisono merupakan improvisator yang “jenius”. Untaian nada yang “kontinuitas”-nya terasa dapat diraih olehnya dalam tiap solo improvisasi. Kalau dibandingkan dengan jazzer lain, beliau termasuk pemain improvisasi yang selalu spontan dalam performance. Gaya panggungnya lumayan ekspresif dan selalu memberi “ruang” bagi pemain lain untuk menunjukkan keahliannya.

Nah, karena beliau lahir lebih dahulu daripada kita, akan jauh lebih baik bila kita “meniru” dahulu apa yang sudah diciptakannya. Kenapa ? Supaya kita tidak perlu susah-payah lagi “mencari-cari”. Seperti yang dikatakan oleh trumpetist Clark Terry, “Imitate, Assimilate, Innovate !!!”

Salam Improvisasi ! ! !

Arief Luthfi Hidayatullah
Penikmat Jazz

Sunday, April 11, 2010

SINGKAT AJA !

Setelah beberapa kali merenung dan merenung untuk mencari "kemudahan" pada setiap jalan, ternyata memang ada caranya. Menurut teori Psikologi kognitif, pikiran hanya mampu memproses paling tidak 7 informasi secara bersamaan. Lebih dari 7 informarsi pikiran bakal "overload". Begitulah..

Teori tetaplah teori...Dan praktek itu relatif...

Pikiran secara sadar maupun tidak sadar melakukan berbagai macam penghapusan informasi. Dan biasa disebut sebagai lupa (ini dgn sadar), namun hakikatnya tersimpan dalam-dalam pada otak emosional yg disebut amgydala (kalo tidak salah). Tanpa adanya penghapusan informasi, seperti yg sudah dituliskan diatas, pikiran akan "overload".

Menangkap informasi yang secara sadar kita "fokuskan" belum tentu dapat disampaikan kembali. Pikiran sadar kita terbatas, tetapi diluar pikiran sadar atau orang sebut "pikiran bawah sadar". Dalam pikiran bawah sadar yg notabene merupakan sumberdaya terbesar dalam diri kita, dibutuhkan penggalian informasi dgn cara "questioning" atau bertanya. Kenapa? Karena dgn mengajukan pertanyaan2 akan menciptakan rangsangan syaraf otak sehingga jaringan-jaringan yg telah terbentuk (memori) dapat kita "recall". Janganlah mencoba-coba berusaha menjawab dgn cara memaksakannya keluar, biarkan saja mengalir...Nanti secara tiba-tiba keluar sendiri jawabannya. Sering divisualisasikan dgn bentuk "bohlam lampu". Munculnya ide-ide biasanya dgn cara yg sealami mungkin atau intuitif.

Lho? Hubungannya dgn judul "SINGKAT SAJA" apa?
Masih dalam konsep sebelumnya, biarkanlah kita menyingkat kejadian-kejadian yg berupa informasi dlm bentuk yang se-umum mungkin. Dalam ilmu logika disebut berpikir deduktif. Dalam bahasa Indonesia juga dipelajari.
Contoh: Kendaraan-Mobil-Toyota-Mesin-Roda-dst


Tentu kita tahu mengenai yg bernama "jembatan keledai" atau "mnemonic" dlm bhsa inggris. Bagaimana kita mengutilisasikannya? Mudah saja, gunakan huruf KAPITAL pada huruf kalimat yg ingin dihafal.
Contoh : Rusak Obrak-obrik Hancurkan (ROH)

Gunanya apa selain itu? Banyak sekali, menghafal nama teman di absensi, menghafal konsep pelajaran tertentu, dll dsb..hehe

Singkatan tidak hanya soal bahasa, singkatnya memberikan pemahaman menyeluruh mengenai sebuah konsep. Bisa diibaratkan dgn ilmu taksonomi pada ilmu biologi. Intinya hanya bergerak dari hal yang umum kepada hal yang singkat.

Bertele-tele? Barangkali...Nikmati saja, cerna dan pengetahuan sangat sulit untuk dikekang saja dikandangnya..Pasti ingin berlari kemana-mana. Pengetahuan yg dimiliki inginnya disampaikan saja..Hehe..Karena ilmu akan mengalir terus meski sudah seda..

Singkat kata..Singkat saja..

Friday, March 12, 2010

BAHASA, APA PENTINGNYA?

Pemahaman akan sebuah ilmu yang memberikan jalan kepada ilmu-ilmu yang lain memudahkan dan mempercepat proses pembelajaran. Dan sambil bermain-main dengan bahasa, disinilah dimulai pemahaman mengenai pengetahuan. Bahasa, konsep pengkodean barangkali dimulai darinya. Bahasa adalah lambang untuk mengungkapkan "hal" yang berada di dalam diri kita dan luar diri kita.

Ketika berbondong-bondong orang mempelajari matematika, kimia, fisika, biologi, sosiologi, antropologi, ekonomi, geografi, dan ilmu2 yg lain, melulu mereka mempelajari bahasa. Apa yang diistilahkan, ditafsirkan, dan dikonsepkan tak mungkin jauh dari pem'bahasa'an teori yang yang rumit. Bahasa secara holistik (menyeluruh) adalah komunikasi yang dipakai untuk mengkomunikasikan dan menjalin relasi dan koneksi. Namun, berapa banyak dari kita yang membatasi konsep bahasa hanya pada bahasa Indonesia, bahasa Daerah, bahasa Inggris ? ? ? Matematika ya bahasa, bahasa angka-angka, simbol,logika, yang bila kita gak ngerti maksudnya ya kita tidak mungkin dapat berkomunikasi atau mengkomunikasikan hitung menghitung.

Sambil menghayati bahasa yang ruang lingkupnya yg begitu luas dibandingkan dgn disiplin ilmu yang lain, kita adalah subyek sekaligus obyek bahasa. Antara bahasa dan penguasaan suatu ilmu menunjukan bidang khasnya. Dapat didengar, dilihat, dan sekaligus dirasakan bagaimana seorang ahli fisika tidak lepas dari kata "gaya", "energi", "relativ", dsb. Dan bahasa adalah identitas yang sulit terlepas dari seseorang.

Makna, Definisi, Istilah, dan apapun itu merupakan hal yang paling esensial (dasar) dalam berpola bahasa. Semantik adalah lingkup bahasa yang mempelajari hal-hal diatas. Untuk apa berbahasa tanpa ada makna yang ingin diungkapkan ? ? ?

Dan saat ini kita menyadari, bagaimana bahasa adalah ilmu yang tak mungkin lepas dari disiplin ilmu yang lain. Bahasa yang kita gunakan menunjukan kualitas, keyakinan, atau kemampuan diri kita.

Dalam Epistemologi -> Bagaimana kita mengetahui Apa yang kita ketahui ???
Pelajarilah maknanya..

Berhati-hatilah berbahasa ! Kita memiliki suara hati yang dapat diajak berbicara, gunakanlah kemampuan alami ini. Dialog internal dahulu, setelah itu dialog external.

Dan ingat, bahasa bukan melulu apa yang diajarkan di sekolah. Semua yang terlihat dan terdengar disini, disitu, dan dimanapun adalah bahasa.

Asahlah diri dan temukan kebenaran dari apa yang ada serta carilah makna dari semua bahasa yang ada di bumi dan barangkali di dunia...

FILOSOFI, METAFORA, IMPROVISASISME MUSIKAL

Menggenapkan ke 40..Dari 1 yang tak terstruktur kepada 40 yang makin tak terstruktur..

REFLEKSI METAFOR IMPROVISATISME

Bagaimana struktur improvisasi berlalu dgn cepat sementara tercipta visualisasi mental bercerita ?
>Improvisasi adalah bercerita dari sebongkahan harmoni yang berulang secara konstan atau inkonstan yang berjalan di tiap segi ritmikal. Bercerita dengan sekalimat, sepatahan frase, sekelumit imajinasi yang diputuskan dengan 'melepaskan' diri dari belenggu teori. Karena menurut Charlie Parker, "Berlatihlah, Pelajari Semua, Kemudian Pada Saatnya,..Lupakan itu Semua..".Setiap nada, ritmikal, harmonik yang dijalin dari berbagai pattern maupun motif, secara spontanitas adalah bentuk pembebasan yang merupakan asal usul dimana Jazz lahir. Sinkopitas yang menstruktur ulang cerita improvisasi mengubah paradigma on-beat yg datar menjadi off-beat yang enerjik, imajinatif, dan kreatif dalam keluar dari jalur ritem yang ada. Improvisasi pada dasarnya mengembangkan dari 'cerita yang hanya sekedar menunjukan' menjadi 'cerita bermakna yang memberitahukan'..Penuh metafora, majas-majas improvisasi yang mengalun di tiap-tiap harmoni yang ekologis. Dan layaknya berpuisi spontanitas, semua dijalankan pertama kali dari berlatih menuai majas. Majas improvisasi yang unlimited bentuknya dapat dicari, dikreasikan kembali, dan dimaknai kembali.

>Improvisasi layak berlalu cepat, namun meninggalkan jejak-jejak visualisasi yang hanya hidup bila benar-benar menghayati dan memimik kalimat-kalimat yang dilontarkan improvisor. Sampai disini terciptalah "Audio to Visual" dan sebaliknya. Kemudian dari "Audio to Visual" menjadi apresiasi (penghayatan) yang sesungguhnya.

Apa yang membuat improvisasi dapat lebih hidup?

>Dinamik, Aksen, Artikulasi yang berbolak balik secara analog..Karena sebenarnya ini adalah pertanyaan "How to Play"..Yang berarti bagaimana mengolah kalimat datar menjadi kalimat persuasif..

Target berlatih akan dijalankan oleh improvisor justru untuk mengembangan realita spontanitas di panggung (performance). Jadi, apa salahnya mempelajari bergudang-gudang teori ??? Tidak salah, tetapi teori adalah praktek itu sendiri dalam konsep bermusik terutama improvisasi ini. Disonansi yang termainkan dengan sengaja sebenarnya bentuk pelepasan teori itu..Tidak ada yang mengajarkan disonansi dengan sempurna, karena disonansi seharusnya adalah bagian dari realita spontanitas.

Bagaimana mengkoneksikan hidup dengan improvisasi ?

1. Kita hidup dalam ruangan yang perlu diisi, karena ruangan dunia ini luasnya tanpa batas. Disinilah kebebasan untuk berimprovisasi yang diterjemahkan sebagai bentuk 'pengembangan diri'. Totalitas berkarya dalam segala bidang, dari esensi sampai kompleksitas yang teralami bila bentuk latihan dijalani dari serpihan-serpihan kecil kemudian satu kesatuan sistem.

2. Dalam konsep filosofi orang Jepang, Kaizen..Yaitu penyempurnaan tanpa henti bahkan dari hal yang amat disepelekan hingga ruang-ruang kosong terisi tanpa terkecuali. Mulai dari hal kecil, karena hal yang kecil mampu menciptakan perubahan besar.

3. Anggap apa yang dimainkan di musik improvisasi ini adalah kehidupan dan keseluruhan sistem ini sendiri. Harmoni adalah ekologi kehidupan. Ritmik adalah jalan kehidupan, masa sekarang, masa lalu dan masa yg akan datang. Melodi itu adalah kita sendiri, kadang kita keluar jalur, kadang kita tidak memperdulikan orang lain adalah proses berkelanjutan yang juga merupakan proses pembelajaran diri.

Dan sambil menikmati, menghayati, bervisualisasi, menciptakan sound mental, improvisasi adalah filosofi kehidupan ini.

SEKARANG ATAU SETELAH X, Y, Z ?

Setelah membaca tulisan ini, entah kenapa ada yang berubah..Sambil menikmati spasi diantara kata-kata atau huruf, tercipta kesadaran otomatis untuk melanjutkannya..

Dan sebelum aku menuai atau menanam perkataan menjadi perbuatan,.Menumpahkan seganjil mungkin dialog dalam hati yang tak seorang manusia tahu kecuali Sang Pencipta..

Dan bahkan semakin mengobati perasaan senang berlebihan, perasaan itu semakin kuat..Bahkan ketika berulang kali terjadi dengan penyadaran pikiran yang terbangun kokoh..

Memetik kepercayaan tentang keyakinan yang menimbulkan motif baru dari setiap apa yang terlihat, terdengar, teraba, tercium, terkecap secara tidak sadar. Membangun keputusan yang menentukan jalan berpikir dengan membangunkan diri yang sebenarnya telah atau sedang tertidur.

Dan disini maupun disitu tertidur tak ada yang membangunkannya terkecuali diri sendiri. Bukan nasehat yang membangunkan, tapi dirinya sendiri.

Sambil membaca kembali setiap spasi...Diantara spasi adalah kata yang bermakna konotasi atau denotasi tergantung siapa dan bagaimana penafsir serta penafsirannya..

Dan spasi adalah anugrah bagi yang membaca. Bacalah ruang kosong itu, niscaya pemahaman justru bertambah seiring bingung mengiringi.

Mudahnya, mata kita mampu mengamati tiap detil huruf tanpa harus terganggu oleh verba-verba dan adjektiva yang bersliweran dengan acak. Susunan syntax terabaikan atau diabaikan pikiran sadar.

Apakah sesuai, kata hati kita dalam bermain-main dengan sebongkahan abjad yang barangkali membuat pikiran serta merta bingung?

Terjawab sendiri, retorika ini adalah jawaban mengenai mudahnya tangan kita menulis dengan berbagai gaya. Semua diperoleh dengan latihan yang sedikit demi sedikit mengantar ke negeri pengetahuan dan pengalaman yang murni terpatri bila terulang dengan persisten.

Dan sementara tulisan ini begitu pendek, mendamaikan diri dengan suara hati adalah jalan yang menjadi sebuah presuposisi untuk terus berkarya, sekarang..Atau setelah membaca tulisan ini....

....

....

BELAJAR ADALAH MENSTRUKTURKAN RASA INGIN TAHU

Belajar adalah fenomena yang terabaikan. Hingga kini pembelajaran mengenai pembelajaran belum menuju kepada struktur permukaan. Yang membuatnya belum terpopulerkan adalah gaya belajar tradisional yang termanifestasikan tanpa kolaborasi pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.

Mengangkatnya ke permukaan adalah dengan mengungkit dari dalam. Dengan mempertanyakan "Bagaimana aku tahu Apa yang aku tahu?". Bersama mempraktekan teori yang berputar-putar diantara kemiskinan praktikum sudah menjadi jalur di area Pendidikan di Indonesia. Walaupun scientifik, apa artinya? Apa kontribusinya? Dan bagaimana mengintegrasikannya pada kehidupan harian?

Belajar hakikatnya adalah keterampilan yang dapat dipelajari, diasah, dipertajam sampai terbentuk pemolaan strategi yang dapat diakses sewaktu-waktu secara spontan dalam kontext apapun.

Mengingat keterbatasan pembicaraan di sekolah yang sebenarnya 'menekan' kita sbg siswa untuk mengolahnya secara 'memaksa', maka perlu pemolaan atau bahkan menginterupsi pola dan menciptakan bentuk tingkah laku yang akan menjadi kapabilitas, bahkan identitas.